Laporan Kunjungan Lembaga IRE (Institute for Research and Empowerment)
Institute for Research and Empowerment (IRE) sendiri merupakan lembaga nonprofit, independen dan nonpartisan yang berbasis pada komunitas akademis di Yogyakarta. IRE lahir dari seorang alumni mahasiswa Universita Gadjah Mada yang setelah kembali dari luar negeri pada saat orde baru kemudian merasa tidak mendapat tempat lagi di Universitas Gadjah Mada. Melihat manusia pada saat orde baru yang seperti robot, pendiri IRE menginspirasi adanya madzhab kritis dengan mengkritisi sikap manusia yang seperti robot. Segmen yang dibidik oleh lembaga IRE ini adalah kalangan muda sebagai generasi masa depan. Kalangan muda ini diberikan pelatihan dari IRE yang bertujuan menjadikan mereka lebih kritis dan kreatif. Contohnya dengan mengkritisi paradigma pembanguan pada masa orde baru, mengkritisi paradigma revolusi hijau, wacana kritis dan menulis di koran.
Pada saat orde baru mulai tumbang, IRE melakukan reposisi melalui pendekatan yang terbagi kedalam 4 segmen, yaitu pendekataan kemitraan masyarakat sipil, pendekatan kemitraan masyarakat ekonomi, pendekatan kemitraan masyarakat politik dan pendekatan kemitraan masyarakat pemerintahan/demokrasi desa. Pada awalnya IRE termasuk dalam gerakan pengetahuan yang selanjutnya ditambah dengan adanya advokasi ke masyarakat petani/pedesaan karena sumber dari setiap masalah adalah masyarakat pedesaan. Terdapat masalah selain kultral juga struktural pada masyarakat desa. Diketahui bahwa sumber daya alam dan sumber daya manusia itu banyak terdapat desa, akan tetapi kenapa mayoritas penduduk desa itu miskin?
IRE melakukan pelatihan dengan pendekatan 4 segmen yang sebelumnya, kemudian masing-masing setelah dilatih dilakukan pertemuan dilanjutkan dengan pengintegrasian kepada masyarakat pedesaan dimulai dari pendekatan kemitraan hingga advokasi. IRE melakukan advokasi tentang RUU desa tentang bagaimana alokasi dana untuk desa dan lain sebagainya yang nantinya suatu desa dapat lebih berkembang.
Selama kurang lebih 2 tahun, IRE mencoba menjadikan mainstream terhadap 5 isu melalui program:
· Poverty alleviation, yaitu mempromosikan bagaimana melakukan penanggulangan masyarakat miskin di pedesaan.
· Deepening democracy (demokrasi pedalaman), yaitu mempromosikan bagaimana proses demokrasi pedalaman, bagaimana demokrasi itu bekerja untuk masyarakat.
· Community Development and empowerment, pemerintah bukan satu-satunya Institusi yang mendorong penuntasan kemiskinan. Kemiskinan itu tidak bisa didekati dengan cara charity (derma) tetapi dengan meningkatkan pengatahuan, keterampilan, dan pengalaman.
· Village reform (reformasi desa) dengan merumuskan, mengembangkan, mempromosikan, dan advokasi pembaharuan desa yang berorientasi pada penguatan dan kemandirian desa menuju pada kesejahteraan warga desa.
· Local government reform (tata kelola pemerintahan lokal), misalnya dari kabupaten mempromosikan tentang kesejahteraan desa.
IRE mengembangkan pendekatan advokasi berdasarkan research (penelitian) karena untuk mendekati kebijakan pemerintah tidak bisa hanya dengan omongan saja atau demonstrasi. IRE mencoba mendorong penguatan tani pada masyarakat pedesaan dengan mendorong industry pedesaan dan bagaimana desa mempunyai kewenangan.
Kendala-kendala yang dihadapi IRE dalam melaksanakan programnya beragam tergantung dari karakter masing-masing diantaranya :
· Pada level pemerintahannya, kegiatan advokasi tidak gampang. Oleh karena itu IRE bermitra dengan lembaga swadaya akademisi.
· Pada level civil society, kapasitas kemampuan yang belum ditransfer dengan baik akan menyulitkan komunikasi.
· Pada level lembaga/horizontal, sesama lembaga swadaya masyarakat secara internal.
Sumbang saran untuk lembaga dan laboratorium PKP
Saran saya untuk lembaga :
Sepertinya lembaga ini belum terlalu terekspos, mungkin kapan-kapan bisa bekerjasama dengan faperta dan mengadakan seminar umum. Menyenangkan sekali bisa ikut berdiskusi dan sharing dengan IRE.
Saran saya untuk laboratorium PKP :
Sebaiknya semua materi yang diberikan dalam buku panduan praktikum juga disinggung pada saat kegiatan praktikum berlangsung. Jadi tidak hanya sebagai bahan pre test saja, mungkin kemarin juga sudah dijelaskan tetapi menurut saya kurang menyeluruh. Terakhir, saya ucapkan Terimakasih banyak kepada asisten-asisten (mbak Dhepe, mbak Dinta, mas Izam).
In : Laporan